DIBALIK MISTERI REKOM GAGARIN - PACITANPOST

Selasa, 18 Agustus 2020

DIBALIK MISTERI REKOM GAGARIN

Gagarin Sumrambah (Foto:Istimewa) 
Pacitan Ppos 19.08.020.
Ada berita yang cukup mengagetkan dibalik rekom Gagarin yang konon diterimakan kemarin siang.

Melalui sambungan telpon dan gambar visual, Eko Setyoranu yang mendampingi Gagarin di Jakarta menyatakan rekomendasi cakada Pacitan sudah diterima Gagarin sekitar pukul 15.00 WIB.

Namun baru satu hari berita itu diterima, ada berita mengejutkan dari Untari Bisowarno Ketua Fraksi PDI Perjuangan Jawa Timur yang mengabarkan bahwa rekom tidak jadi diberikan pada tanggal 17 Agustus 2020 (Ss.net)

Alasan yang dipaparkan Untari, belum ada komunikasi yang pas diantara partai pendukung dan sebab-sebab lainnya.

Perempuan yang bernama lengkap Sri Untari Bisowarno Ketua Fraksi PDIP DPRD Jatim itu menambahkan, daerah yang ditunda pemberian rekomendasinya yaitu Surabaya, Sidoharjo, Situbondo, Jember, dan Pacitan.

"Di daerah-daerah yang memang perolehan  suaranya tidak terlalu tinggi itu komunikasinya antar parpol belum selaras untuk dijadikan sebuah kekuatan, kami masih butuh komunikasi yang lebih intens lagi," ungkapnya.

Sementara itu, Kusnadi pemangku PDI Perjuangan Jawa Timur konon mengakui telah memberitahu para pengurus DPC di lima daerah tersebut untuk bergegas ke DPP untuk penerimaan surat rekomendasi dari Ketua Umum, sayang sampai disana DPP menunda pemberian itu.

Dari persoalan diatas, tokoh Golkar yang kini menjadi kontroversial atas pencalonannya di pilkada itu surat rekomendasi yang konon sudah diterima menjadi misteri besar.

Benarkah sejatinya rekom itu sudah diterima Gagarin seperti yang diinformasikan Eko Setyoranu, ataukah rekom ditarik kembali dan ataukah memang rekomendasi tidak jatuh ke Gagarin, menjadi tanda tanya besar.

Eko Setyoranu yang dihubungi Ppos tadi malam tetap meyakinkan kalau rekom jatuh ke Gagarin. "Sudah tenang saja, PDI Perjuangan pasti Gagarin,"  tegas anggota Dewan 4 periode ini.

Polemik ini memicu perdebatan sekaligus mengingat kejadian pilkada tahun 2014, saat itu calon kuat dari PDIP sudah resmi mendapat rekomendasi yang bentuknya hanya satu lembar tersebut. Hanya anehnya, tokoh kuat mantan birokrasi itu tidak jadi  diberangkatkan, malah PDIP ketika itu memberangkatkan calon lain yang standar popularitasnya jauh dari calon yang pertama.

"Jangan-jangan melihat gelagat PDIP dan partai lainnya seperti ini, akan sama nasibnya seperti saya dulu , tidak jadi berangkat  ke KPUD sekalipun saya sudah memegang surat rekomendasi dari PDIP, " ujar tokoh energik yang tidak mau disebut nama.

Seperti diketahui, di politik memang susah diduga-duga, semua serba abu-abu atau betul kata Gombloh, "tahi kucing rasa coklat." (Gustik)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda