Seperti tahun tahun sebelumnya, diperkirakan pilkada Pacitan tahun 2020 ini tetap disetting senyap.
Sudah bukan barang baru, eklusifitas suatu daerah masih menjadi milik para tokoh, utamanya Ketum.
Daerah seperti Solo, Blitar, Milik PDI Perjuangan, Makasar milik Golkar, dan Pacitan milik Partai Demokrat.
Seandainya, nanti di Pacitan muncul calon tangguh diluar partai Demokrat, maka calon tangguh tersebut diperkirakan tidak akan mendapatkan rekomendasi dari partai manapun.
Beberapa pengamat politik meyakini, kondisi seperti itu masih akan terjadi di Pacitan.
Seperti yang dituturkan Drs H. Azhar Subandhi MSc pengamat politik asal Semarang, bahwa Aroma seperti itu, bisa dibaca dari gelagat para ketum yg akhir-akhir ini getol safari politik antar ketum dan pengurus politik masing-masing partai.
Tujuannya, kata mantan anggota DPRD Pacitan 3 periode ini, tidak lain menginventarisasi bakal calon yg di munculkan masarakat dari masing- masing partai.
Jika dirasa dalam inventarisasi itu ada calon yang sekiranya dapat membahayakan calon bupati milik Kaplingan Ketum, maka tidak segan-segan calon kuat tersebut ter groundite, alias tidak mendapatkan rekom dari partai manapun.
Seperti terjadi pilkada tahun 2014 lalu di Pacitan ada satu tokoh kuat dari PDI Perjuangan yang harus menelan pil pahit, perjuangannya untuk mendapatkan rekom harus terhenti tanpa alasan yg jelas.
Malah sebaliknya, PDI Perjuangan yang saat itu berkoalisi dengan Hanura dan partai lainnya, justru merekom tokoh yang jauh dari standar seorang pemimpin dalam kontek popularitas.
Bahkan partai Golkar, yang ketika itu menggadang-gadang satu calon yg cukup populer, juga tidak turun rekom yang pada akhirnya Partai berlogo beringin itu memilih absen tidak memunculkan Calon satupun.
Berangkat dari pengalaman yang lalu, maka Ashar yg juga dedengkot Politik di Pacitan, meramalkan PILKADA DI PACITAN masih tetep milik Demokrat, siapapun itu calonnya. (tim ppos)
